Dunia Terasa Seperti Surga atau Neraka?
Hola, Konga disini!
Yey! Akhirnya Konga kembali lagi...
Buat yang sekolah sih sudah pasti sedang asyik-asyiknya liburan kan? Walau liburannya di rumah aja. Kalau yang kuliah gimana? Atau malah belum UAS? Semangat buat yang masih harus berjuang dengan perkuliahannya.
Oh iya, gimana yang kerja? Sudah kembali masuk ke tempat kerja seperti sedia kala? Atau malah, masih bisa kerja dari rumah?
Apapun itu, semoga kalian selalu sehat dan tetap semangat melewati masa-masa ini ya.
Kali ini, Konga akan membagikan beberapa hal yang kalau dirasa-rasa, dapat bermanfaat untuk teman-teman dalam menjalani semrawutnya kehidupan.
Beberapa hal ini, aku peroleh dari buku yang belum lama selesai aku baca.
Buku dengan judul The Four Agreements karya Don Miguel Ruiz, benar-benar menampar aku pada setiap lembarnya. Untuk teman-teman yang suka baca buku, terlebih yang menyukai buku-buku pengembangan diri seperti aku, aku sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca.
Sumber Gambar : https://images.app.goo.gl/Yqz8k7rYSV693Mvq8 |
Kita, manusia sering kali takut akan kematian. Sebenarnya kalau dipikirkan kembali, apa alasan yang membuat kebanyakan dari kita, takut untuk mati? Karena takut kalau sudah mati nanti, masuk neraka?
Tidak yakin, apakah aku sudah cukup baik untuk bisa masuk surga?
Tapi, apakah kita sadar? Kalau sebenarnya didalam kehidupan kita saat ini, kita sudah seperti berada di neraka. Kita bisa melihat bagaimana manusia saling menyakiti manusia lainnya, saling menusuk dan lalu menjatuhkan.
Buku ini memberikan empat tips yang dapat kita praktekan didalam keseharian kita. Dengan mempraktekan empat hal ini, hidup akan terasa lebih ringan dibandingkan sebelumnya, dan kita bisa merubah hidup yang penuh penderitaan ini, seperti terasa sedang hidup didalam surga.
Langsung aja kita mulai :
1. Be Impeccable With Your Word
Pertama, berbicaralah sesuai dengan apa yang ingin kamu katakan. Katakan apa yang memang ingin kamu maksudkan. Kemudian, bertanggung jawablah dengan apa yang kamu sampaikan. Jangan ragu untuk mengatakan tidak, dan begitu juga sebaliknya. Kebanyakan dari kita, takut untuk menyampaikan apa yang sedang kita rasakan. Kita berkata tidak, padahal hati kita ingin mengatakan iya, hanya karena "abis, aku gak enak sama dia". Belajar untuk mengatakan apa yang kita rasakan, bisa membuat kita menjadi jauh lebih dihargai oleh orang-orang sekitar.
Katakan yang memang benar-benar ingin kamu maksudkan. Kebanyakan dari kita, lebih senang untuk memberikan 'kode'. "Tebak sendiri deh sama kamu," "pikir aja sendiri," "ya gitu deh,". Guys, gak semua orang bisa jadi Cenayang. Jadi, mari saling membantu untuk mempermudah memahami apa yang sedang disampaikan, dengan mengatakan apa yang benar-benar ingin kamu katakan.
Berhati-hatilah dengan apa yang akan kita sampaikan. Saat emosi sedang meledak-ledak, kita mengeluarkan kata-kata yang dapat menyakiti orang lain begitu saja. Memang, setelah melakukannya kita akan merasa lega, bahkan kebanyakan dari kita akan melupakan hal ini setelah beberapa saat. Tapi, bagaimana dengan objek yang kita caci maki? Mereka bisa mengingatnya, bahkan sampai ia mati nanti. Sepatah kata yang kita lontarkan, bahkan bisa menghancurkan masa depan orang tersebut. Maka dari itu kata-kata itu seperti magic. And every human is a magician.
Salah satu contoh, dari kata-kata yang mengeluarkan magic ditunjukkan oleh Hitler. Ia menggiring ketakutan orang-orang, dan kalian tahu kan apa yang terjadi setelahnya?
Terakhir, gossip. Tidak hanya wanita, aku tahu kaum laki-laki sekarang ini juga suka bergosip. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang aku lihat, menjadikan gosip sebagai bahan obrolan mereka, ketika mereka sedang merasa bingung atas apa yang ingin dibicarakan.
Aku pernah membaca satu buku yang menyatakan, kita selalu tertarik dengan sampah milik orang lain. Benar sekali kan? Padahal, dengan bergosip kita sedang membuat diri kita menjadi lebih rendah dari sebelumnya. Jadi, ya mari latihan bersama-sama untuk mulai mengurangi obrolan yang tidak bermanfaat seperti ini. Siapa yang suka digosipkan? Gak ada kan, yaudah kita coba ubah ya dari sekarang.
2. Don't Take Anything Personally
Aku mudah sekali ngerasa sedih, hanya karena omongan buruk dari orang lain. Aku tahu ini hal yang buruk, dan hidup jadi tidak bahagia kalau kita membiarkan perasaan ini berkembang lagi dan lagi didalam diri kita.
Don't take it personally, kerap kali orang memaki dan menjelekkan kita karena apa sih?
Karena diri kita tidak sesuai dengan ekspektasinya. Jangan selalu menyalahkan diri sendiri, "duh, aku yang salah ya", "iya nih, emang aku bodoh banget", "betul kata dia, aku menyebalkan", dan lain sebagainya.
Jangan hiraukan omongan buruk yang orang lain sampaikan. Mereka bisa mengatakan hal itu, karena mereka berekspektasi lebih tentang diri kita. Saat diri kita tidak sesuai lagi dengan apa yang ada didalam kepalanya, mereka akan merasa sedih. "Kenapa dia begini?", dan masih banyak lagi.
Saat omongan buruk datang, don't take it personally. Apakah mereka lebih tahu tentang diri kita dibandingkan diri kita sendiri? Apakah mereka lebih baik dalam menilai diri kita dibandingkan diri kita sendiri? Kita yang tahu akan siapa diri kita, kita yang tahu akan berbagai potensi didalam diri kita. Jadi, ketika hal semacam itu datang, don't take it personally.
Bahkan, saat kamu sedang dipuji. Kenapa? Saat orang senang dengan kita, mereka akan memuji diri kita. "Wah kamu memang orang yang sangat baik", tapi bagaimana saat rasa kecewa tiba-tiba muncul dalam dirinya terhadap kita? Orang bisa berubah kapan saja, mulutnya bisa semanis gula dan bisa jadi racun juga. Maka dari itu, jangan mudah terpengaruh dengan apa yang orang lain katakan. Saat orang memuji, cukup bilang terima kasih dan jangan terlalu membangga-banggakan kemudian hanyut dalam pujian. Kenapa? Karena kita memang seharusnya sudah tahu, akan kelebihan diri kita ini tanpa harus menunggu orang memuji kita.
3. Don't Make Assumptions
Dari zaman dulu kala, manusia sangat senang untuk berasumsi atas berbagai hal. Ketika kita memperoleh informasi yang tidak jelas, kita malah memilih untuk tidak menanyakannya dan mengasumsikannya sendiri. "Kayaknya sih gini," dan masih banyak lagi. Bahkan, saat seseorang belum mengatakan sesuatu, kita sudah mulai sibuk dengan asumsi-asumsi dikepala kita ini.
Akhirnya? Kita menderita dengan asumsi-asumsi kita sendiri. Kita yang membuat diri kita menderita, karena berusaha untuk berasumsi tentang berbagai hal yang masih tidak pasti. Bila hidup ingin terasa lebih ringan untuk dijalani, jangan menambah beban dengan banyak berasumsi. Mulailah untuk memperjelas berbagai hal yang masih kita bingungi. Tanya, apa maksud dari kata-katanya, dan lain sebagainya. Dengan berusaha mencari kepastian dari suatu hal, tanpa menerka-nerka sendiri, hidup akan terasa lebih mudah untuk dijalani.
Hidup ini sudah penuh dengan kesemrawutan, jangan membebani pikiran kita juga untuk menjadi semrawut, melalui berbagai asumsi yang bermunculan diotak kita lagi dan lagi. Berilah pertanyaan, dan utarakan apa yang kamu inginkan. Komunikasikan berbagai hal hingga benar-benar clear, hal ini juga dapat digunakan untuk mengurangi kesalah pahaman.
Aku melihat, banyak dari kita kerap kali berasumsi kemudian berspekulasi atas berbagai hal yang terjadi. Atau ini salah satu proses belajar untuk jadi Cenayang ya? hahaha...
4. Always Do Your Best
Terakhir, tahap ke-empat ini bisa membantu kamu untuk menerapkan tiga hal diatas didalam kehidupan sehari-hari. Selalu lakukan yang terbaik, tidak lebih dan tidak kurang. Sadari, bahwa segala hal itu selalu berubah. Mungkin, disatu waktu kita bisa menjadi baik dalam melakukan suatu hal, tapi diwaktu lain kita malah menjadi buruk dalam hal itu. Apabila kita tidak bisa menerima kenyataan ini, apa yang akan terjadi? Kita akan menderita.
Aku mau cerita, jadi aku bisa dibilang cukup ambisius dalam mengejar nilai diperkuliahan. Aku selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk bisa memperoleh hasil terbaik. Tapi aku sadar, aku melakukan kesalahan besar. Aku berasumsi lagi dan lagi akan nilai-nilai yang seharusnya aku dapatkan. Saat hasil keluar, dan tidak sesuai dengan ekspektasi aku. Aku stress bukan main, bahkan sampai menangis. Aku berpikir, kenapa? Padahal aku sudah mengerahkan seluruh usahaku, tapi kok masih dapet segini aja? Alhasil, setelah nilai-nilai itu keluar aku benar-benar menderita karena pikiranku sendiri.
Do your best berarti melakukan yang terbaik tanpa berpikir hasilnya akan seperti ini dan itu. Cukup lakukan suatu hal dengan sepenuh hati, dengan rasa bahagia. Kerahkan seluruh usaha yang dapat kita lakukan dan jadilah produktif. Do your best not because you're expecting a reward, but because you love it. Kala itu, aku seperti ini. Melakukan yang terbaik dengan berekspektasi atas hasil dan penghargaan yang akan aku peroleh. Aku sadar, kalau pola pikir seperti ini benar-benar tidak sehat.
Saat ujian yang aku laksanakan beberapa waktu lalu, aku mulai mempraktekkan hal ini. Aku cukup mengerjakan sesuai batas kemampuanku. Mengerahkan semua usahaku dan berusaha untuk tidak berekspektasi akan penilaian yang nantinya dilakukan dosen-dosenku. Ini mujarab teman-teman, aku jadi lebih senang dan bersyukur atas hasil yang aku peroleh. Setalah ujian berakhir, tidak ada namanya susah tidur karena memikirkan hasil ujian, tidak ada rasa takut yang berlebihan karena aku berpikir, aku telah mengerahkan seluruh kemampuanku untuk mengusahakan yang terbaik.
Yuk coba mulai praktekkan hal-hal ini dalam kehidupan kita. Tapi ingat, always do your best. Jangan memaksakan untuk harus selalu berhasil melakukan hal ini dalam setiap harinya. Lakukan sesuai batas kemampuan kita, latih pikiran lagi dan lagi, kalau gagal tinggal diulang lagi. Semangat menciptakan surga dalam kehidupan kita di dunia.
Semoga tulisanku kali ini dapat bermanfaat, dan dapat menemani kebosanan teman-teman saat gak tahu mau ngapain.
Sampai jumpa ditulisan Konga selanjutnya, Konga pamit undur diri...
XOXO
Komentar
Posting Komentar